PERINTAH BERPEGANG TEGUH KEPADA AS SUNNAH
PERINTAH BERPEGANG TEGUH KEPADA AS SUNNAH
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mengutus Rasulullah Shollallahu A’laihi Wa sallam kecuali sebagai Suri
Tauladan bagi kehidupan manusia, Selebih – lebihnya untuk Kaum Muslimin. Sangat
menyedihkan bila ada seorang muslim yang menjadikan orang – orang yang buruk
agamanya bahkan menjadi seorang yang kafir sebagai suri tauladan bagi
kehidupannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala Memerintahkan kepada kita agar
mengikuti semua apa – apa yang datang dari Rasulullah Shollallahu A’laihi Wa sallam
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman
:
وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa
yang diberikan Rasul (Shallallahu ‘alaihi wasallam) kepadamu maka terimalah,
dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (QS.
Al-Hasyr : 7)
Ayat ini Menunjukan Perintah untuk
Mengikuti apa – apa yang di bawa oleh Rasulullah Shollallahu A’laihi Wa sallam
baik perbuatan,perkataan, dan sebagainya di dalam kehidupan sehari – hari
Telah diketahui bersama, bahwa kita
telah bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah dan seketika itulah adanya
perjanjian berupa kewajiban mengikuti Rasulullah Shollallahu A’laihi Wa Sallam,
karena hal tersebut merupakan bagian dari rukun 2 Syahadat kita.
Allâh
Azza wa Jalla berfirman menjelaskan kaedah yang sangat agung ini dalam
firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]
Walaupun
ayat ini turun ketika di dalam keadaan perang Ahzâb, akan tetapi hukumnya umum
meliputi keadaan kapan saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu
Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan
fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang
diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Ahzâb,
dalam kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau
terhadap pertolongan dari Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan
kepada beliau sampai hari Pembalasan”. [Tafsir Ibnu Katsir, 6/391, penerbit:
Daru Thayyibah]
Demikian
juga Syaikh Abdur Rahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan kaedah
menaladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dengan menyatakan, “Para
Ulama ushul (fiqih) berdalil (menggunakan) dengan ayat ini untuk berhujjah
dengan perbuatan-perbuatan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa
(hukum asal) umat beliau adalah meneladani (beliau) dalam semua hukum, kecuali
perkara-perkara yang ditunjukkan oleh dalil syari’at sebagai kekhususan bagi
beliau. Kemudian uswah (teladan) itu ada dua: uswah hasanah (teladan yang baik)
dan uswah sayyi`ah (teladan yang buruk).
Uswah
hasanah (teladan yang baik) ada pada diri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Karena orang yang meneladani beliau adalah orang yang menapaki jalan
yang akan menghantarkan menuju kemuliaan dari Allâh Azza wa Jalla , dan itu
adalah shirâthâl mustaqîm (jalan yang lurus).
Adapun
meneladani (mengikuti orang) selain beliau, jika menyelisihi beliau, maka dia
adalah uswah sayyi`ah (teladan yang buruk). Sebagaimana perkataan orang-orang
kafir ketika diajak oleh para rasul untuk meneladani mereka, (namun orang-orang
kafir itu mengatakan):
نَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا
عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ إ
Sesungguhnya
kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami
orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.
[Az-Zukhruf/43:22]
Orang
yang mengikuti uswah hasanah (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dan
mendapatkan taufik ini hanyalah orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan
(kedatangan) hari Kiamat. Karena keimanan yang ada padanya, demikian juga rasa
takut kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengharapkan pahala-Nya, serta takut
terhadap siksa-Nya, (semua itu) mendorongnya untuk meneladani Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. [Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-Ahzâb/33:21]
Balasan
bagi mereka yang menjadikan Rasulullah Sholallahu A’laihi Wa Sallam sebagai
Teladan bagi kehidupannya ialah Jaminan agar di jauhkan dari kesesatan.
فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا
يَشْقَىٰ…
Maka jika datang kepadamu petunjuk
daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka. (Taha ;123)
Dari Al Junaid Berkata : “Semua
jalan tertutup bagi manusia kecuali siapa yang menelusuri jejak Rasulullah
Shollallahu A’laihi Wa Sallam dan mengikuti Sunnah beliau serta berpegang
kepada jalan beliau. Karena sesungguhnya segala jalan kebaikan terbuka atasnya,
Sebagaimana alla Ta’ala Berfirman :
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]
[Diriwayatkan
oleh Abu Nuaim (10/257) dan Al Khatib dalam Al Fiqh Wa Mutafaqqih (1/150)
dengan sanad Shahih]
Sekian
dari kami. Semoga Bermanfaat bagi kita semua… Jazakumullah Khoirin Katsiiron wa
Barakallahu Fiikum Jami’an
Komentar
Posting Komentar